Titip Salam
Oleh Widyaretna Buenastuti
“Dek, tadi kamu dapat salam dari Fulan,“ kusampaikan salam seorang temanku, Fulan, yang kebetulan sudah menjadi motivator terkenal di nusantara ini.
“Hah? Yang bener mbak? Apa dia masih inget sama aku?“ dengan mata yang berbinar-binar adik kelasku, sebut saja namanya Dinda, kelihatan bahagia sekali mendapatkan salam dari seseorang yang terkenal.
Kebetulan Dinda ini sudah seperti adik sendiri yang sering menjadikan diriku ini sebagai tempat curhatannya. Suatu hari memang Dinda, aku pertemukan dengan temanku, Fulan. Saya mengenal Fulan sejak kami masih duduk di bangku SMA. Buat saya, Fulan masih tetap seorang teman baik saja. Tetapi bagi Dinda, pertemuannya dengan Fulan itu “sesuatu banget” (pinjam istilah gaul), karena ia bisa ngobrol dengan seorang motivator yang selama ini hanya ia lihat di layar kaca ataupun membaca buku-bukunya saja. Apalagi, ternyata si Fulan masih ingat dan bahkan menitipkan salamnya buat Dinda.
Pernah mengalami juga? Menerima titipan salam dari seseorang yang kita kagumi atau seseorang yang kita punya “rasa“ tetapi belum berani berkenalan. Loh kok malah dapat salam darinya? Seperti ketiban rejeki bukan? Jadi inget jaman saya SMA di tahun late eightees, di Majalah Dinding sekolah ada rubrik D-U D-U yang isinya biasanya titip titip salam. Kira-kira contohnya seperti ini:
Dari: Fulan
Untuk: Dinda
Dengan Ucapan: Boleh kita berkenalan?
JADUL banget yah? Ternyata titip-titip salam pun berevolusi mengikuti jaman. Dahulu titip salam dengan perantara teman saja sudah istimewa. Sementara di era millennium, budaya titip salam mungkin berbeda bentuk. Tinggal bertukar nomor telepon atau menyapanya dengan melalui media chating kitapun sudah bisa terhubung dengan teman kita.
Kutersenyum membayangkan kembali wajah Dinda yang bahagia sekali baru disampaikan salam dari Fulan saja, seakan dunia ini penuh warna warni. Matanya berbinar-binar, senyumnya merekah dan ia pun berloncat-loncat kecil seperti anak kecil yang baru menerima hadiah.
Padahal ini baru salam dari seorang manusia bagaimana kalau kita menerima salam langsung dari Sang Maha Pencipta? Pernah tidak terlintas atau terpikirkan betapa indahnya bila Allah Azza Wa Jalla menyampaikan salamnya kepada kita? Membayangkannya saja rasanya impossible, tidak mungkin. Rasanya diri ini belum layak untuk menerima salam dari Allah, benar atau benar?
Kita memang bukan Khadijah binti Khuwailid yang semasa hidupnya saja sudah dititipkan salam oleh Allah Azza Wa Jalla melalui suaminya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam. Pernah dengar hadits tentang ini dari Abu Hurairah radliyallahu anhu?
Hadits ini meriwayatkan bahwa, ‘Jibril pernah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rosulullah, khadijah akan datang kepadamu dengan membawa bejana yang berisi cuka, makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, maka sampaikanlah salam kepadanya dari Rabbnya dan dariku. Dan berikan kabar gembira kepadanya bahwa ia berada di dalam sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara yang berongga yang tidak terdapat kegaduhan di dalamnya dan tidak pula keletihan”. [HR al-Bukhoriy: 3820, 7497].
Namun, jangan pernah berkecil hati karena ternyata Allah pun telah berfirman dan meminta kepada para malaikatnya untuk menyampaikan salam kepada para penghuni surga.
Simak surat Ibrahim ayat 23” Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah ‘salaam’ “
Ternyata, titip menitip salam itu tidak hanya akan berhenti di dunia saja namun sampai nantinya di surga. Bayangkan, di dunia saja kita bisa kegirangan mendapatkan salam dari orang-orang yang kita kagumi atau orang yang tidak kita harapkan. Bagaimana rasanya bila kita berhasil dan mendapatkan Ridho Allah dan kemudian kita mendapatkan salam dari sahabat-sahabat kita yang bersama-sama berada di surga atau bahkan mendapatkan kenikmatan untuk langsung mendapatkan salam dari Allah Azza Wa Jalla? Membayangkannya saja rasanya sudah damai tentram di hati.
Mungkinkah? Kenapa tidak? Panduan untuk mendapatkan SurgaNYA sudah jelas tertulis di firman-firman Allah. Sebagaimana dalam surat Ibrahim di atas, modalnya adalah Beriman dan Beramal Saleh. Cukup dua itu saja kok. Hanya tinggal dari diri kita sendiri, mau tidak mencari ilmu nya dan mengamalkannya dengan istiqomah. Jangan garuk-garuk kepala karena bingung mulainya dari mana. Kenapa tidak mulai saja dari yang wajib-wajib dahulu, sholat, puasa dan menutup aurat dengan baik.
Ya Allah, terimakasih atas pelajaran berharga yang Kau kirimkan kepadaku melalui titipan salam dari sahabat-sahabatku di dunia.Ya Allah, ampunilah kami dan karuniakanlah RahmatMu pada kami. Amin Ya Robbal Alamin.
©WiDS Saturday, February 14, 2015
Subhanallah Ibu,, pasti ngetik cerita ini sambil batuk2 ya?
Walo lg kurang enak badan, Ibu tetep saja berkarya,,
Terima kasih reminder nya ya Bu😘,,
Membuat kami ingat dan semangat tuk buat rumah di Surga,,
Amin
Amin ya Robbal Alamin. Selalu kebahagiaan tersendiri bisa menyapa sahabat2ku melalui cerita2 ringan yg jadi pelajaran bagiku dan Insya Allah juga menginspirasi siapapun yg membaca. Smg kita tetap bisa berkirim salam di SurgaNya.
MasyaAllah.. selalu indah dan menyentuh .. makasih mbak kuuu.. semoga kita selalu didalam penjagaan dan lindungan Allah dan tiap langkah kita selalu dalam Ridho Nya ..aamiin
Amin ya Robbal alamin. Senangnya dapat comment dari mbak Iwit…. Smg kita bisa menyampaikan salam sampai di Surga yah mbak…